Selamat Datang di Blog Abdul Alim Yamin

Sabtu, 06 November 2010

PEMANFAATAN TANAMAN HERBAL SEBAGAI FEED ADDITIVE PADA PETERNAKAN BROILER

Abdul Alim Yamin, Achmad Ragil P.N. dan Andi Purnama
Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) DP2M DIKTI 2009

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar

ABSTRAK
Penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan additive dalam pakan ternak, hal ini disebabkan oleh hadirnya residu dari antibiotik dan resistensi bakteri. Salah satu alternatif yang aman digunakan adalah tanaman herbal, dimana tujuan penggunaan herbal adalah untuk mengganti penggunaan antibiotik dalam pakan dan air minum sebagai feed additive yang dapat memberikan efek negatif pada ternak seperti growth promoter dan pencegah penyakit serta dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh ternak. Penyusunan makalah ini dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai sumber diantaranya dari jurnal-jurnal penelitian sebelumnya yang sesuai dengan tema yang dibahas. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ramuan herbal dalam air minum pada level 2.5 ml per liter air minum memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan bobot badan. Ditinjau dari aspek biologis, level ramuan herbal sebanyak 2.5 ml per liter air minum cenderung memperbaiki konsumsi pakan. Penambahan tepung kunyit dalam ransum sebanyak 0,04% juga dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan herbal pada broiler sebagai feed additive dapat meningkatkan produktivitas broiler.

Kata Kunci : Tanaman Herbal, Feed Additive, Broiler.

PENDAHULUAN

Penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan additive dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena hadirnya residu dari antibiotik yang dapat berbahaya bagi konsumen produk peternakan, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikroorganisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak terutama bakteri-bakteri patogen diantaranya Salmonella sp..
Salah satu alternatif yang aman digunakan sebagai feed additive pada ransum maupun air minum adalah ramuan dari tanaman-tanaman herbal yang relatif lebih murah dan mudah didapatkan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi peternak. Selain itu, ramuan herbal juga mampu menurunkan level kolesterol dalam tubuh ternak sehingga akan berpengaruh pada produk-produk peternakan diantaranya telur dan daging.
Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme dalam tubuh. Laporan ilmiah populer menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian, ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (Zainuddin dan Wakradihardja, 2001 dalam Agustina, 2006).
Menurut Rahayu dan Budiman (2008) bahwa tingginya harga obat-obatan dan pakan komersial serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsinya mendorong pemikiran untuk memanfaatkan berbagai tanaman tradisional baik sebagai feed supplement dan atau obat-obatan. Indonesia kaya sekali akan tanaman tradisional yang memiliki fungsi positif dan belum dieksplorasi secara optimal sampai saat ini. Penggunaan antibiotik sebagai feed additive dalam ransum selama ini memberikan dampak atau pengaruh yang negatif diantaranya adanya residu dan resistensi bakteri. Selain itu, di Indonesia penggunaan antibiotik pada ternak tidak terkontrol, akibatnya memberikan dampak negatif pada ternak maupun manusia yang mengkonsumsi produk peternakan. Saat ini diperlukan bahan-bahan alternatif yang aman dan alami sebagai pengganti fungsi dari antibiotik diantaranya ramuan herbal. Penggunaan herbal sebagai feed additive dalam ransum broiler bertujuan untuk mengganti penggunaan antibiotik sebagai growth promotor dan pencegah penyakit pada ternak unggas sehingga ternak dan manusia dapat terhindar dari residue antibiotik dan resistensi bakteri. Manfaat penggunaan herbal dalam ransum unggas adalah sebagai feed additive yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan kesehatan ternak. Selain itu, penggunaan herbal relatif lebih murah dibandingkan dengan antibiotik, sehingga penggunaan herbal kini harus lebih ditingkatkan dan masa yang akan datang dengan cara yang modern.

METODE PENULISAN

Data diperoleh dari beberapa hasi-hasil penelitian, buku, dan artikel-artikel ilmiah yang menyangkut dengan karya tulis ini serta dijadikan landasan penulisan. Pada prinsipnya, tulisan membandingkan berbagai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pemanfaatan herbal sebagai pengganti antibiotik dalam pakan yang berfungsi sebagai growth promoter dan pencegah penyakit.
Alur kerangka konseptual penggunaan herbal sebagai feed additive dalam ransum broiler.

Gambar 1. Alur kerangka konseptual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa jenis tanaman herbal yang telah diteliti dan digunakan sebagai pengganti antibiotik dalam ransum maupun air minum yang memiliki efek positif pada unggas. Herbal telah banyak dianjurkan penggunaannya berdasarkan beberapa hasil peneletian dapat dilihat pada tabel 1.

Tebel 1. Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan sebagai obat (jamu) dan meningkatkan stamina ternak unggas.

Sumber : Zainuddin, 2006.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Agustina (2006) yang menguji pengaruh ramuan herbal (campuran berbagai herbal) terhadap performans broiler dengan menggunakan tiga perlakuan yaitu P0 (tanpa ramuan herbal), P1 (2.5 ml ramuan herbal perl liter air minum), dan P2 (2.5 ml ramuan herbal perl liter air minum), adapun hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Pengaruh perlakuan ramuan herbal terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, persentase karkas, lemak abdominal, total kolesterol.










Sumber : Agustina, 2006.

Dari data di atas dapat dilihat pertambahan bobot badan diperoleh pada perlakuan P1 (P <0,05), hal ini dapat disebabkan karena selain mengandung antibiotik, ramuan herbal juga mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan karbohidrat, lemak dan protein (Winarto, 2003 dan Sastroamidjojo, 2001).
Sedangkan dari hasil penelitian Bintang dan Naatamijaya (2005), menyatakan bahwa penambahan tepung kunyit sebanyak 0,04% dalam ransum broiler dapat memperbaiki konversi pakan. Total kolesterol darah menurun seiring dengan meningkatnya pemberian dosis ramuan herbal dalam air minum P0 (140 mg per dl), P1 (125 mg per dl) dan P2 (111 mg per dl).

Tabel 3. Rataan dan simpangan baku diameter daya hambat ekstrak daun sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.












Sumber : Hermawan, 2007.

Penggunaan sirih juga telah dibuktikan sebagai antibakteri oleh Hermawan (2007), pada tebal di atas menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun sirih 2.5, 5 dan 10 % dapat digunakan sebagai bahan antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan Hasil uji antibakteri ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap bakteri Escherichia coli tampak bahwa perlakuan P4 (antibiotika Sulfonamide) menghasilkan diameter daya hambat sebesar 26,21 milimeter, sedangkan pada perlakuan P1, P2 maupun P3 menghasilkan diameter daya hambat masing-masing sebesar 10,00; 9,420 dan 10,57 mm namun pada perlakuan P0 tidak menunjukkan respon penghambatan. Kemampuan menghambat dari ekstrak daun sirih terhadap Escherichia coli tampaknya lebih lemah dibandingkan dengan antibiotika Sulfonamide. Sedangkan hasil penelitian nursal et. al. (2006) dengan ekstrak jahe (Zingiber officinale) dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli mulai konsentrasi 6,0% dengan luas daerah hambat 9,5 mm2, sedangkan terhadap Bacillus subtilis mulai dapat dihambat pada konsentrasi 2,0% dengan luas daerah hambat 3,87 mm2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe yang diujikan, luas daerah hambat yang terbentuk semakin luas.
Kandungan antimikroba dalam herbal dapat menekan pertumbuhan bakteri dalam tubuh ternak secara langsung sehingga dapat menyeimbangkan mikroba dalam saluran cerna sehingga akan mencegah infeksi oleh bakteri patogen yang menghuni saluran cerna ternak. Anonim (2006), menyatakan mekanisme kerja dari zat bioaktif dalam ramuan herbal dalam menurunkan populasi bakteri patogen yaitu dengan cara merusak dinding sel bakteri dan merusak sintesis protein bakteri misalnya kandungan alicin dalam bawang putih. Berbeda dengan fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel (Pelczar dan Chan, 1981 ; dalam Hermawan, 2007). Akibat terdenaturasinya protein sel, maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein (Lawrence dan Block, 1968 dalam Hermawan, 2007). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mahendra (2005) bahwa rimpang jahe memiliki efek farmakologi seperti melancarkan peredaran darah, anti inflamasi, anti bakteri, melancarkan pengeluaran empedu, antipiretik, dan icteric hepatitis.
Selain dapat menurunkan populasi bakteri patogen dalam saluran cerna, herbal juga mampu menurunkan kolesterol dalam darah ternak sehingga ternak memiliki kandungan kolesterol rendah dan memperlancar sirkulasi darah (Surya, 2008). Mekanisme kerja tersebut yaitu dengan merangsang sekresi cairan empedu yang dapat mengemulsi lemak. Zat-zat bioaktif yang terkandung dalam herbal juga mampu merangsang pankreas untuk mensekresikan getah pancreas yang mengandung enzim-enzim pencernaan seperti enzim amilase, lipase dan protease (Winarto, 2003 dan Sastroamidjojo, 2001). Widodo (2002), menyatakan zat yang terkandung dapat memperbaiki kerja sistem hormonal khususnya metabolisme karbohidrat dan memetabolisir lemak dalam tubuh.


Gambar 2. Skema Mekanisme Umum Tanaman Herbal.

KESIMPULAN
Penggunaan tanaman sebagai feed additive dalam ransum maupun air minum ternak unggas khususnya broiler dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas yang diukur dengan produksi, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan kesehatan ternak. Selain itu, penggunaan tanaman obat mampu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh ternak sehingga juga akan berpengaruh pada kualitas produk-produk peternakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R, 2006. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Anonim, 2006. Mengenal Bawang Putih Bagi Kesehatan. CP Bulletin Service Nomor 76/Tahun VII Edisi April.
Hermawan, A, 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (piper betle l.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Artikel Ilmiah Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya.
Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. 2006. Bioaktivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol. 2 (2) : 64-66.
Rahayu dan Berlian, 2007. Bawang Merah. Cetakan XIV. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sastroamidjojo, 2001. Obat Asli Indonesia. Cetakan VI. Dian Rakyat, Jakarta.
Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Winarto, W. P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Zainuddin, Desmayati, 2006. Tanaman Obat Meningkatkan Efisiensi Pakan dan Kesehatan Ternak Unggas. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdaya saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.