Selamat Datang di Blog Abdul Alim Yamin

Rabu, 13 April 2011

Penggunaan Probiotik dan Prebiotik Pada Ternak

PENDAHULUAN
Populasi penduduk Indonesia saat ini berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Akibatnya industri pertanian dituntut untuk berproduksi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut juga dirasakan oleh industri subsektor peternakan khususnya industri unggas. Peternakan broiler dan layer saat ini meningkat dari tahun ke tahun, baik yang dikelolah oleh swasta (perusahaan kemitraan) maupun, sehingga adopsi teknologi di bidang peternakan sangat dibutuhkan untuk mendukung produksi yang maksimal dan berkelanjutan, dengan memperhatikan keamanan produk yang dihasilkan.

Penggunaan bahan aditif dalam pakan ternak sejak dahulu telah dilakukan untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit. Menurut Budiansyah (2004), Pemberian feed aditive tersebut dilakukan untuk memperbaiki performance atau penampilan produksi dari ternak unggas, berbagai macam jenis feed aditive yang telah digunakan sejak dahulu antara lain adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan.

Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun silam. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Awal tahun 2006 penggunaan antibiotik dilarang oleh Uni Eropa sebagai pencegah penyakit (disease prophylactic) atau dikenal pemicu pertumbuhan (Antimicrobial Growth Promoters) di dalam pakan ternak (Ahmad, 2006; Ghiyasi et. al., 2007).

Beberapa bahan alternatif yang dapat mengganti fungsi dari antibiotik dalam pakan adalah probiotik dan proebiotik. Prebiotik didefiniskan sebagai bahan pakan yang tidak tercerna dan memberikan pengaruh positif pada inang (host), dengan memacu pertumbuhan atau aktivitas bakteri di dalam colon (Choudhari et. al., 2008). Adanya prebiotik yang diberikan melalui pakan, sehingga bakteri yang menguntungkan (apatogen) dalam saluran cerna dapat meningkat dalam menekan bakteri patogen.
Makalah ini dibuat untuk memahami pengertian dan penggunaan prebiotik maupun probiotik dalam pakan untuk ternak monogastrik dan penggunaan probiotik pada ternak ruminansia serta diharapakan dapat memberikan informasi tentang prebiotik dan probiotik. Khususnya pengaruh penggunaannya terhadap produksi dan performance ternak serta mekanisme kerjanya dalam tubuh ternak. Adanya informasi tersebut, penggunaan probiotik dan pre dalam pakan dapat menjadi bahan aditif alternatif yang mampu menggantikan fungsi antibiotik atau pemacu pertumbuhan lainnya yang memiliki efek negatif terhadap ternak dan manusia (yang mengkonsumsi produk peternakan) selama ini.

DEFINISI PROBIOTIK DAN PREBIOTIK

Probiotik dalam bahasa Yunani berarti “Kehidupan”, menurut istilah yang didefinisikan oleh Gibson dan Fuller (2000), probiotik adalah suplemen pakan dari bakteri hidup yang memberikan keuntungan terhadap ternak dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Sedangkan menurut Hasan (2006), probiotik kultur tunggal ataupun campuran dari mikrobia hidup yang dikonsumsi manusia dan/atau hewan, dan memiliki efek menguntungkan bagi inangnya (manusia maupun hewan) dengan cara menjaga keseimbangan mikroflora alami yang ada dalam tubuh. Mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik dalam nutrisi ternak yaitu mikroorganisme hidup, ketika diadministrasikan mulut dan sepanjang alat pencernaan dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan inangnya. Probiotik merupakan salah satu pendekatan yang memiliki potensi dalam mengurangi infeksi unggas dan kontaminasi produk unggas (Ahmad, 2006). Mikroorganisme yang bisa dimanfaatkan sebagai probiotik adalah bakteri (Bakteri Asam Laktat, Genus Lactobacillus dan Genus Bifidobacteria) dan fungi (Saccharomyces cerevisiae) (Trachoo dan Boudreaux, 2006).

Prebiotik didefinisikan sebagai bahan pakan yang tidak tercerna yang dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas sejumlah bakteri tertentu dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan inang (host) (Gibson and Roberfroid, 1995; Choudhari et. al., 2008). Prebiotik yang diberikan atau yang dikonsumsi oleh ayam tidak dicerna pada saluran pencernaan bagaian depan (proventrikulus, ventrikulus, dan usus halus), tetapi bahan makanan tersebut ke bagian alat pencernaan bagian belakang yaitu pada usus besar dan usus buntu, di mana di bagaian ini terdapat populasi bakteri yang dapat memanfaatkan sumber pakan tak tercerna (serat kasar) dengan proses fermantasi.

Berbagai macam bahan pakan, karbohidrat tidak tercerna (non-digestible carbohydrate) yaitu oligo dan polysakarida, beberapa peptida dan protein. Senyawa-senyawa ini tidak terhidrolisa oleh enzim serta tidak diserap di bagian saluran pencernaan bagian atas, yang dikenal istilah colonic food (pakan kolon). Misalnya pakan masuk ke kolon dan memberikan subtrat untuk bakteri kolon, yang secara tidak langsung menyediakan energi, subtrat metabolik dan mikro nutrient bagi inang. (Sinovec and R. Markovic, 2005).

MEKANISME KERJA DAN INTERAKSI PREBIOTIK DAN PROBIOTIK

Adapun mekanisme kerja probiotik jika diberikan pada ayam akan berkolonisasi di dalam usus, dan selanjutnya dapat dimodifikasi untuk sistem imunisasi/kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotika berkembang dengan baik dan mikroba-mikroba patogen terreduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli, Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan. Mikroba probiotika menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi.
Bifdobacteria dan kultur probiotik lainnya yang berkontribusi terhadap kesehatan manusia dan ternak melalui mekanisme seperti kompetisi dengan bakteri patogen, menstimulasi sistem imun, meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek, mengontrol fungsi usus, mencegah kanker dan meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat nutrisi (Ziggers, 2000; Jung, et.al., 2008).

Oligosakarida ditemukan sebagai komponen terbesar dari beberapa produk-produk alami seperti ekstrak tanaman dan susu (mamalia), baik dalam bentuk bebas maupun terikat. Pada ternak monogastrik, beberapa oligosakarida dicerna di usus bagian atas oleh enzim. Namun, olisakarida tertentu seperti, galacto-oligosakarida dan mannan-oligosakarida, keduanya memiliki struktur kimia yang unik serta tahan terhadap enzim pencernaan dan transit pada usus besar tanpa mengalami perubahan (struktur) (Jung, et.al., 2008). Kehadiran dari oligosakarida di dalam usus besar langsung dimanfaatkan oleh mikroba yang menguntungkan sebagai subtrat untuk mendukung kehidupan dan aktivitasnya.

Selain oligosakarida, inulin dan oligofructose merupakan prebiotik dasar dan keduanya terjadi secara alami di dalam tanaman. Inulin biasanya terdapat pada akar, sedangkan oligofructose adalah bagian dari inulin setelah dihidrolisis secara enzimatik (Chen et. al., 2005). Menurut berbagai sumber bahwa keberhasilan penggunaan prebiotik dapat ditinjau dari karakter prebiotik yang digunakan yaitu :
• Tidak dapat dihidrolisis oleh enzim dan tidak diserap (Sinovec and R. Markovic, 2005)
• Memperkaya bakteri yang menguntungkan (apatogen)
• Memberikan keuntungan bagi mikro flora usus dan membantu aktivitasnya
• Menurunkan populasi bakteri patogen (Donalson, et. al., 2008)
• Meningkatkan imunitas tubuh secara tidak langsung (Choudhari et. al., 2008)
• Membantu meningkatkan dan memperbaiki morpologi saluran cerna dengan meningkatkan area permukaan dalam proses penyerapan dan memperbaiki struktur mikrovili (Dimitroglou, et. al., 2009).

Sumber lain menyebutkan bahwa prebiotik dapat memblokir kolonisasi bakteri patogen dengan cara mengikat bakteri patogen dalam usus dan dibuang melalui feses, tetapi hal tersebut belum didukung oleh fakta secara ilmiah. Selain berfungsi sebagai subtrat bagi kehidupan bakteri di dalam saluran cerna, prebiotik yang telah dikaji diantaranya dapat merangsang absorpsi beberapa mineral untuk pembentukan tulang dengan meningkatkan ketersediaan dari Ca, Mg, Zn dan Iron. Pengaruh prebiotik tergantung dari dosis, waktu pemberian, dan kandungan kalsium di dalam pakan serta umur ternak (Choudhari et. al., 2008).

PENGARUH PROBIOTIK DAN PREBIOTIK TERHADAP UNGGAS

Penggunaan pro dan prebiotik merupakan hal yang terus digalakkan dalam dunia peternakan, untuk meningkatkan keamanan pangan khususnya produk-produk peternakan. Fungsi zat aditif ini tidak jauh berbeda dengan antibiotik yaitu mengatur komposisi mikroflora dalam saluran pencernaan. Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus, Lactobacilus acidophilus, Bifidobacteria thermophilum dan jenis fungi seperti Saccharomyces cerevisiae adalah contoh-contoh probiotik yang telah diproduksi secara komersial. Lingkungan menyenangkan untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan (penurunan pH dengan memproduksi asam laktat) akan tercipta dengan mensuplai probiotik pada ransum ternak. Probiotik juga dapat mengurangi produksi racun dan menurunkan produksi amonium dalam saluran pencernaan. Prebiotik adalah oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik (ayam dan babi).

Senyawa ini digunakan sebagai substrat untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli. Pemberian 0,1 – 0,5% dalam ransum dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan populasi bakteri yang merugikan.

Kombinasi prebiotik dan probiotik diketahui saling menguntungkan atau bersimbiosis dalam tubuh ayam (Patterson and Burkholder, 2003). Penambahan Oligofruktosa juga signifikan menurunkan Salmonella Enteritidis di usus buntu (Donalson, et. al., 2008). Penurunan bakteri Salmonella Enteritidis dalam saluran cerna dapat mengurangi penyakit gastro enteritis pada unggas, selain itu penurunan bakteri patogen dapat meningkatkan efisiensi pakan.

Hasil penelitian Ghiyas et. al. (2007), menyatakan penambahan prebiotik dalam ransum broiler dibandingkan dengan ransum yang mengandung 90 % rekomandasi protein NRC memiliki pengaruh yang sama terhadap performance broiler, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan prebiotik dapat meningkatkan kecernaan dan penyerapan zat-zat nutrien dalam pakan. Ayam petelur jenis White Leghorn pada umur 57 minggu diberikan 1.0% oligofructose dan 1.0% selama empat minggu, maka diperoleh peningkatan produksi telur sebesar 13.35% (oligofruktosa) dan 10.73% (inulin). Selain itu, peningkatan berat telur secara kumulatif sebesar 12.50% (oligofruktosa) dan 10.96% (inulin) (Chen, et. al., 2005). Hasil penelitian Hassanein and Soliman, (2010), bahwa penambahan ragi hidup (Saccharomyces cervisiae) dapat meningkatkan produksi pada ayam petelur (Tabel 1.) dan pemanfaatan nutrien melalui efek hambatan oleh ragi pada bakteri patogen yang dapat menyebabkan enteritis dan mal-absorbsi nutrien.

Tabel 1. Pengaruh pemberian ragi pada level yang berbeda terhadap performance produksi telur dan komponen telur.
                                    Sumber : Hassanein and Soliman, (2010).

Hasil penelitian GÜÇLÜ (2010), menyatakan bahwa suplementasi probiotik (Lactobacillus sp.) dan prebiotik (MOS) pada ransum cenderung berpengaruh positif fertilitas telur dan daya tetas telur puyuh bibit, sehingga probitik dan prebiotik juga dapat diterapkan bagi parent stock pada breeding farm untuk menghasil telur dan d.o.c. yang baik.

Tabel 2. Pengaruh ransum yang disuplementasi dengan probiotik dan prebiotik (MOS) terhadap daya tetas dan fertilitas telur.
                                  Sumber : GÜÇLÜ (2010).

Selain itu, probiotik juga dapat meningkatkan antibodi alami pada ayam. Hasil penelitian Haghighi, et. al., (2006) dan Panda, et. al., (2008), pemberian probiotik juga meningkatkan serum dan antibodi alami dalam usus seperti IgA, IgM, dan IgG terhadap beberapa antigen asing. Berdasarkan penemuan terhadap beberapa spesies bahwa antibodi alami penting dalam mencegah bakteri patogen. Dengan demikian pemberian probiotik dan prebiotik dalam ransum broiler maupun layer memberikan nilai positif terhadap karakteristik produksi.

PENGARUH PROBIOTIK TERHADAP TERNAK RUMINANSIA

Penggunaan probiotik pada unggas memberikan efek positif terhadap produktivitas dan memperbaiki status kesehatan unggas. Hal tersebut juga terjadi pada ternak ruminansia, pemberian probiotik terhadap ruminansia memberikan dampak positif dan pernyataan tersebut didukung oleh beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan probiotik sebagai feed additive dalam air maupun pakan. Probiotik yang ditambahkan sebanyak 10 ml pada susu (pemerahan di pagi hari) pada pedet yang baru lahir menurunkan 40 % kasus diare (Aldana, et. al., 2009) sehingga probiotik (Lactobacillus sp.) dapat memperbaiki status kesehatan pedet dan menurunkan biaya pengobatan akibat diare dan penyakit lainnya (Gorgulu, et. al., 2003).


Gambar 1. Pengaruh pemberian lactosa (L0 = 0 %, L1= 1 %, dan L3= 3 %) pada pedet yang disuplementasi Probiotik.


Gambar 2. Suplementasi Enterococcus faecium M74 pada susu terhadap kejadian diare pada pedet.

Hasil penelitian Jatkauskas dan Vrotniakiene (2010) melaporkan bahwa pedet yang ditambahkan Enterococcus faecium M74 dalam ransumnya dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian dibandingakan dengan pedet yang tidak diberikan. Selain itu, Enterococcus faecium M74 juga dapat meningkatkan konsumsi hijauan dan total konsumsi bahan kering, serta meningkatkan 12.9% konversi pakan selama 56 hari percobaan dan pakan yang mengandung Enterococcus faecium M74 (Gambar 2.) mempengaruhi persentase pedet yang terkena penyakit diaere. Persentase pedet yang diare menurun dari 50 % sampai dengan 20 % dengan pemberian Enterococcus faecium M74 selama lebih dari dua hari. Sedangkan suplementasi laktose pada pedet yang diberikan Enterococcus faecium memiliki efek immunomodulatory terhadap kandungan limfosit (Gambar 1.) dan komposisi Cell-T dalam pembagian sistem imun. (Fleige, et. al., 2009). Aktivitas Saccharomyces cerevisiae juga dapat menstimulasi jumlah bakteri anaerob di dalam rumen dengan menghilangkan oksien dari cairan rumen (Auclair, 2009). Pendapat lain oleh Chiquette (2009), menyimpulkan bahwa penggunaan ragi hidup sebagai probiotik dapat meningkatkan populasi bakteri selulitik dalam rumen, menjaga kestabilan pH rumen, meningkatkan degradasi serat di rumen, mengurangi bakteri patogen, meningkatkan produksi susu dan meningkatkan total bakteri. Selanjutnya, penggunaan strain kembar Saccharomyces cerevisiae hidup yang dicampur dengan mikroorganisme rumen dan difermentasi dengan secara in vitro dapat menurunkan laktat, sedikit metan dan hidrogen dengan pemberian hay dan konsentrat (Lila, et. al., 2004).

Giger-Reverdin et. al., (1996), juga melaporkan suplementasi ragi hidup sebagai probiotik juga dapat membantu meningkatkan produksi asam lemak susu pada kambing perah, sehingga probiotik dapat memperbaiki kualitas produk ternak. Sedangkan penggunaan EM (effective microorganisms) dalam pada air minum pada level 2 % memberikan efek yang menguntungkan terhadap kecernaan dinding sel tanaman (ADF dan NDF) sehingga pemanfaatan pakan yang berserat yang tinggi dapat dilakukan (Syomiti, et. al., 2010). Beberapa hasil penelitian mengungkapkan kelebihan-kelebihan dari penggunaan probiotik pada ternak ruminansia khususnya preruminan, sehingga perlu diterapkan pada peternakan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan probiotik dan prebiotik dalam industri peternakan akan memberikan informasi baru yang dapat diaplikasikan secara langsung dan berkesinambungan untuk memperbaiki produksi dan status kesehatan ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Ahamad, I., 2006. Effect of Probiotic on broilers performance. International Journal of  Poultry Science 5 (6): 593-597.

Aldana, C. S. Cabra, C. A. Ospina, F. Carvajal, and F. Rodríguez, 2009. Effect of a Probiotic Compound in Rumen Development, Diarrhea Incidence and Weight Gain in Young Holstein Calves. World Academy of Science, Engineering and Technology 57.

Auclair, E. 2009. Yeast as an example of the mode of action of probiotics in monogastric             and ruminant species. http://www.wcds.afns.ualberta.ca/Proceedings/2009/Manuscri            pts/RoleOfProbiotics.pdf. (Diakses pada tanggal 07 Desember 2010).

Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan probiotika dalam meningkatkan penampilan produksi ternak unggas. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/agus_budiansyah.pdf.   (Diakses pada tanggal 07 Desember 2010).

Chen, Y.C., C. Nakthong and T.C. Chen, 2005. Improvement of laying hen performance by dietary prebiotic chicory oligofructose and inulin. International Journal of Poultry Science 4 (2): 103-108.

Chiquette, J., 2009. The  Role  of  Probiotics  in  Promoting  Dairy Production. WCDS Advances in Dairy Technology Volume 21: 143-157 

Choudhari, A. S. Shinde and B. N. Ramteke. Prebiotics and probiotics as health promoter. Veterinary World, Vol.1(2): 59-6.

Dimitroglou, A., D. L. Merrifield, R. Moate, S. J. Davies, P. Spring, J. Sweetman and G. Bradley, 2009. Dietary mannan oligosaccharide supplementation modulates intestinal microbial ecology and improves gut morphology of rainbow trout, Oncorhynchus mykiss (Walbaum). J. Anim. Sci. 87:3226-3234. doi: 10.2527/jas.2008-1428.

Donalson, L. M., J. L. McReynolds, W. K. Kim, V. I. Chalova, C. L. Woodward, L. F. Kubena, D. J. Nisbet, and S. C. Ricke, 2008. The Influence of a fructooligosaccharide prebiotic combined with alfalfa molt diets on the gastrointestinal tract fermentation, salmonella enteritidis infection, and intestinal shedding in laying hens. Journal of Poultry Science 87:1253–1262   doi:10.3382/ps.2007-  00166.

Fleige, S., W. Preißinger, H. H. D. Meyer and M. W. Pfaffl, 2009. The immunomodulatory effect of lactulose on calves fed preruminant Enterococcus faecium J. Anim. Sci. 87: 1731-1738. 

Gibson, G.R. and B. Roberfroid, 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: Introducing the concept of prebiotics. J. Nutr., 125: 1401-1412.

Gibson, G.R. and R. Fuller, 2000. Aspects of in vitro and in  vivo research approaches directed toward identifying  probiotics and prebiotics for human use. J. Nutr., 130: 391-395.

Ghiyasi, M., M. Rezaei* and H. Sayyahzadeh, 2007. Effect of prebiotic (Fermacto) in low protein diet on performance and carcass characteristics of broiler chicks.International Journal of Poultry Science 6 (9): 661-665.

Giger-Reverdin, S. N. Bezaulta, D. Sauvanta, and G. Bertinb, 1996. Effects of a probiotic yeast in lactating ruminants: interaction with dietary nitrogen level. Journal Animal Feed Technology. Volume 63 (1) : 149-162.
Top of Form

Gregori P.C., S. Mallet, A. Travel, and M. Lessire, 2007. Efficiency of a prebiotic and  a   plant extract on broiler performance and intestinal physiology. 16th European             Symposium on Poultry Nutrition. http://www.cabi.org/animalscience/Uploads/File/            AnimalScience/additionalFiles/WPSAStrasbourgAug2007/32.pdf (Diakses pada    tanggal 07 Desember 2010).

Gorgulu, M., A. Siuta, E. Ongel, S. Yurtseven, H. R. Kutlu, 2003. Effect of probiotic on growing performance and health of pedet. Pakistan Journal of Biological Science, 6 (6) : 651-654.

GÜÇLÜ, B.K., 2010. Effects of probiotic and prebiotic (mannanoligosaccharide) supplementation on performance, egg quality and hatchability in quail breeders. Ankara. Üniv Vet Fak Derg, 58, 27-32, 2010.

Haghighi, H. R., Gong, J., L. Carlton. Gyles, M. A. Hayes, H. Zhou, B. Sanei, R. James, Chambers, and S. Sharif, 2006. Probiotics Stimulate Production of Natural Antibodies in Chickens. Clinical And Vaccine Immunology, p. 975–980 Vol. 13, doi:10.1128/CVI.00161-06.

Hassanein, S.M. and N.K. Soliman, 2010. Effect of probiotic (Saccharomyces cerevisiae) adding to diets on intestinal microflora and performance of Hy-Line Layers Hens.Journal of American Science 6 (11).           

Jatkauskas, J. dan V. Vrotniakiene, 2010. Efects of probiotic dietary supplementation on diarrhoea patterns, faecal microbiota and performance of early weaned calves.Veterinarni Medicina 55 (10): 494–503.

Jung S. J., R. Houde, B. Baurhoo, X. Zhao, and B. H. Lee, 2008. Effects of Galacto-Oligosaccharides and a Bifdobacteria lactis-Based Probiotic Strain on the Growth   Performance and Fecal Microfora of Broiler Chickens. Journal of Poultry Science 87:1694–1699, doi:10.3382/ps.2007-00489.

Lila, Z. A., N. Mohammed, T. Yasui, Y. Kurokawa, S. Kanda and H. Itabashi, 2004. Effects of a twin strain of Saccharomyces cerevisiae live cells on mixed ruminal microorganism fermentation in vitro. J. Anim. Sci. 82:1847-1854. 

Panda, A.K., S.R.R., S.M. VLN Raju, dan S.S. Sharma, 2008. Effect of    probiotic (Lactobacillus sporogenes) feeding on egg production and quality, yolk cholesterol and humoral immune response of White Leghorn layer breeders. Journal of the Science of Food and Agriculture Vol. 88, Issue 1, pages 43–47.

Patterson, J. A. and K. M. Burkholder, 2003. Application of prebiotics and probiotics in Poultry Production. Journal of Poultry Science 82:627–631.

Sinovec and R. Markovic, 2005. Using prebiotic in poultry nutrition. Biotechnolgy in Animal Husbandry 21 (5-6), p 235-239.

Syomiti, M., M. Wanyoike, R.G. Wahome and J.K.N. Kuria, 2010. In sacco probiotic properties of effective microorganisms (EM) in forage degradability. Livestock Research for Rural Development 22 (1) 2010.


Trachoo, N. dan C. Boudreaux, 2006. Therapeutic properties of probiotic bacteria. Journal of Biological Science 6 (1) : 202-208.

Ziggers, D., 2000. Tos, a new prebiotic drived from whey. Anim. Feed Sci. and Tech., 5: 34-36.